Name : Nor Faridah
SRN : 1801121310
Class : B
1.
Poerty
is a form of literary work that is bound by rhythm, rhyme, and is composed of
several stanzas and several lines where the sentences has meaning.
2. a. Narrative
On the Mountains of the Prairie,
On the great Red Pipe-stone Quarry,
Gitche Manito, the mighty,
He the Master of Life, descending,
On the red crags of the quarry
Stood erect, and called the nations,
Called the tribes of men together.
b` Dramatic
rose-colored duress
To the field in which to me, you convoked your goodbye.
I’m standing in a flowing white dress,
My ankles deep in rose-colored duress,
And I stumble without you to catch me.
And I never stop falling.
But sometimes there’s a falter in the way that I feel,
And for a moment everything is quiet.
The sky turns black and you disappear,
But still in the field I wait for you, right here.
Because waiting for you is like waiting for rain in a drought,
Disappointing without a singular doubt,
But still giving me the comfort of hope.
So i think that I’ll stay,
Standing in this white dress,
Ankle-deep in rose colored duress.
For waiting for rain is better than dry leaves,
Sinewy and weak, catching the first lick of flame.
Waiting for you and hoping you'll come back,
To remind me that I’m alone in a room full with people,
For deep down we know that right for you,
I’m not. I’ll stay in the field looking for the girl,
Who left me in the cold, frozen to the bone,
Clutching my own hand in a desperate attempt to feel less alone
Italian Sonnet
Turn back the heart you've turned away
Give back your kissing breath
Leave not my love as you have left
The broken hearts of yesterday
But wait, be still, don't lose this way
Affection now, for what you guess
May be something more, could be less
Accept my love, live for today.
d. Satrical
Mazeppa
'Twas after dread Pultowa's day,
When fortune left the royal Swede -
Around a slaughtered army lay,
No more to combat and to bleed.
The power and glory of the war,
Faithless as their vain votaries, men,
Had passed to the triumphant Czar,
And Moscow’s walls were safe again -
Until a day more dark and drear,
And a more memorable year,
Should give to slaughter and to shame
A mightier host and haughtier name;
A greater wreck, a deeper fall,
A shock to one - a thunderbolt to all
3. a. Balada
Tidak Seperti Mendung Tapi Pecinta
Hujan
Tetapi dengan penyair semuanya berbeda
Dari awan ia menciptakan sajak
Menurut dia
b.Hymne
Doa
Tuhan
kami
Telah
nista kami dalam dosa bersama
Bertahun
membangun kultus ini
Dalam
pikiran yang ganda
Dan
menutupi hati nurani
Ampunilah
kami
Ampunilah
Amiin
Tuhan
kami
Telah
terlalu mudah kami
Menggunakan
asmaMu bertahun di negeri ini
Semoga
Kau rela menerima kembali
Kami
dalam barisanMu
Ampunilah
kami
Ampunilah
Amiin
c. Ode
Puisi
Untuk Guru
Engkau bagaikan cahaya
Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukkan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sungguh mulia tugasmu guru
Tugas yang sangat besar
Guru engkau adalah pahlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Guru ingin kuucapkan
Terima kasih atas jasamu
d. Epigram
Perjalanan Usia³
Karya: Candra Malik
Anak-anak tumbuh mendewasa,
akaknkah aku hanya tumbuh menua?
Kelak mereka butuh lawan bicara,
apakah kala itu aku kakek pelupa?
anak-anak tidak selamanya bayi,
mereka butuh tak hanya dimengerti.
Mereka punya mata, punya hati,
tidak cukup dengan harta diwarisi.
Sampai kapan usiaku ditakdirkan,
sampai batas itulah aku dihadirkan.
Sebagai orang tua, sebagai teman,
sampai batas waktu yang ditentukan.
Tak baik jika mereka di sini saja,
hangat dipeluk rumah dan keluarga.
Kehidupan itu pengembaraan jiwa,
dan mereka pengelana berikutnya.
Jika tumbuh dewasa ada ujungnya,
jangan sampai hanya menua sia-sia.
Dalam perjalananku menyusuri usia,
setidaknya harus pernah bijaksana.
e. Romansa
Surat Cinta
Kutulis surat cinta ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi rambut mainan
anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah.
Wahai, Dik Narti,
aku cinta kepadamu!
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercinta-cintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai, Dik Narti,
kupinang kau menjadi istiku!
f.Elegi
Aku
Aku adalah dongeng sebelum tidur
g. satire
Aku
bertanya
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat
penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur
dan rembulan,
sementara ketidakadilan
terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki
dewi kesenian.